TEMPO.CO, Jakarta - Melonjaknya harga saham di bursa domestik hingga indeks kembali menyentuh level 3.900 belum mampu diikuti oleh rupiah. Di tengah terapresiasinya sebagian mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat, rupiah justru kembali melemah. Dalam transaksi pasar uang kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 19 poin (0,2 persen) menjadi 9.145 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto mengemukakan, rendahnya inflasi pada 2011 sebesar 3,79 persen membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga BI Rate yang saat ini masih berada di level 6 persen. "Ini menjadi salah satu hambatan bagi penguatan rupiah," kata Linda.
Tren turunnya suku bunga membuat imbal hasil investasi dalam mata uang rupiah menjadi kurang menarik. Sebab, bila suku bunga turun, imbal hasil obligasi juga akan turun sehingga membuat investor asing masih menahan diri masuk ke pasar investasi domestik. Masih lebarnya selisih BI Rate dengan inflasi membuka peluang turunnya suku bunga pada kuartal pertama tahun ini.
Masih tingginya kekhawatiran soal krisis Eropa membuat likuiditas dolar AS di pasar masih seret. Belum adanya aliran dana asing yang masuk ke pasar finansial domestik membuat rupiah belum bisa menguat.
Prospek ekonomi tahun ini diharapkan akan lebih baik dibanding pada tahun lalu. Linda memprediksi hari ini rupiah akan ditransaksikan pada kisaran 9.100-9.200 per dolar AS. Tahun ini rupiah masih berpeluang menguat, tapi untuk mencapai level 8.500 per dolar AS agak sulit. "Fundamental ekonomi masih solid dan sangat mendukung rupiah, namun masih adanya ketidakpastian di zona Eropa akan membebani rupiah," ucapnya.
sumber: tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar